Tugas lathifah amalia "Cerpen dan Puisi"


Nama  : Lathifah Amalia
Kelas   : X MIA 2
Absen  : 18

PUISI

1. Ibuku sayang
Ibu..
Engkaulah Malaikat tanpa sayapku
Tawamu adalah sinar matahariku
Wajah mu adalah sumber kebahagiaanku
Derai air matamu adalah luka dihatiku
Ibuku sayang…
Kaulah pelita dalam hidupku
Aku berjanji kelak ketika aku dewasa
Aku akan membuat kau bangga
Aku menyayangimu, ibu…..


2. Pahlawan tanpa tanda jasa
Guruku
Malaikat  yang sabar mendidikku
Coretan mu dipapan adalah sumber ilmuku
Ku tak akan bisa seperti ini tanpamu
Oh guru…
Terima kasih telah membimbingku
Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
Ku tau, ada saatnya dimana kau lelah
Akan segala kenakalan yang kami perbuat
Sekali lagi, terima kasih atas segala pengorbananmu
Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa

3. Perpisahan Sekolah
Kawan,
Tiga tahun sudah kita lewati
Untuk menimba ilmu disekolah ini
Kau adalah suatu anugerah dari Tuhan untukku
Yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka
Canda, tawa, tangis, semua akan kusimpan dalam memori ini
Kalian semua…
Tetap seperti ini
Tetap menjadi kawanku yang saling menyayangi
Tetap menjadi tempatku menumpahkan isi hati

4. Pria Yang Tangguh
Sosok pria yang selalu menjadi panutanku
Sosok yang rela menghabiskan tenaganya untuk bekerja
Pundakmu adalah tempat kami bersandar, Ayah
Kau adalah pelita hidupku
Keringatmu adalah bentuk kasih sayangmu untuk kami
Ayahku sayang…
Terima kasih telah menjadi pelindungku
Sayap dan panutan untuk keluarga
Sekali lagi kukatakan, ayah
Aku sangat menyayangimu.

Cerita Pendek “Pengaruh Buruk Gadget”

            Tahun ajaran baru dimulai dan aku menemukan namaku terletak di kelas X -IPA 4. Ada 35 murid di dalamnya dan tidak ada dari mereka yang benar benarku kenal.
            Aku memasuki ruangan itu dan mencari bangku kosong. Hanya tersisa bagian paling belakang. Di sebelahku masih ada satu bangku yang kosong. Tidak lama kemudian ada seseorang yang duduk disampingku.. Setelah kita berkenalan, aku mengetahuni namanya adalah Dina.
            Tak banyak komunikasi yang bisa kujalani dengan Dina. Walaupun kadang aku mencoba mengajak untuk mengobrol, dia merespon secara singkat, kadang hanya senyuman. Dia tak banyak bicara padaku, dia termasuk kecanduan gadget.
            Aku sedikit risih melihatnya bermain dengan hpnya itu. Bukan karena cemburu bila setiap harinya ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan handphonenya dibanding mengobrol denganku. Bayangkan saja, setiap guru yang masuk juga ikut tidak dihiraukannya, juga dengan pelajarannya. Semua catatan ketinggalan, PR tak pernah dibuatnya.
Suatu hari, aku sedang sangat bahagia, teman sekelasku waktu kelas 10 mengajak pergi makan rame rame. Setelah obrolan menyenangkan dengan teman lama, akhirnya bel berbunyi nyaring. Di sebelahku, Dina masih saja sibuk dengan handphonenya.
Terlintas sebuah ide untuk mengerjainya. Diam diam aku sudah berada di belakangnya dan tiba tiba,
         “ Door!!” seruku dari belakang sambil memegang pundaknya. Responnya sungguh diluar dugaan.
         “ Aaaah” teriaknya terkejut dan menoleh ke belakang.
         Saking terkejutnya, handphone di tangannya terlepas dan jatuh ke lantai. Sungguh, aku panik luar biasa. Aku mengambil benda itu dan langsung diambil secara kasar oleh Dina. Layar HPnya sedikit retak.
         “Tessa, kamu apa apan sih?”.
         “Gak mau tau pokoknya kamu harus ganti!” kemarahan Dina meluap
         “A,aku m,minta maaf  Din. Aku cuma mau bercanda doang sama kamu, aku gak tau bakal begini jadinya” ucapku terbata bata..
          “Aku enggak akan maafin sebelum kamu ganti rugi. ”
Setelah kejadian itu, sikap Dina mulai berubah padaku. Ia benar benar memusuhiku di kelas. Bangku di sebelahku kosong setiap harinya, Dina tidak mau duduk denganku.
            Aku sungguh tidak enak hati, rasanya suasana kelas tidak lagi menyenangkan bagiku. Maka setelah  jam  istirahat berbunyi aku mendekatinya. Kukeluarkan beberapa lembar uang dan menaruhnya di atas meja.
           “Din, aku tau kamu marah. Aku tau akulah yang salah. Aku pengen minta maaf. Aku baru punya uang sekarang untuk memperbaiki HP kamu.” kataku pelan.
            Ia menoleh kepadaku. Kemudian, ia berdiri dan memelukku. Aku terkejut dan tidak membalas pelukan itu. Sampai pelukan itu terlepas..
           “Gak Tess, kamu nggak perlu minta maaf. Kemarin itu aku gak bisa ngontrol emosi dan marah  ke kamu”
Dina tersenyum padaku.
           “HP aku udah baik kok. Dan selama HP aku diservice, aku  baru sadar kalau aku hampir kehilangan tujuan aku yang sebenarnya datang ke sekolah. Selama ini, aku datang ke sekolah cuma sekedar dateng, bukan untuk belajar.”
           “Sekarang aku bisa berhenti main HP, membagi waktu untuk belajar lebih fokus.”
           Pantas saja beberapa hari ini Dina terlihat berubah. Ia terlihat lebih rajin akhir akhir ini. Semua catatan disalinnya, Pr dikumpul tepat waktu. Benar benar berbeda dengan Dina yang kulihat pada awal sekolah dulu.
          “Wah, aku senang kamu berubah kayak gini Din.”
          “Aku juga, ternyata semua ini ada hikmahnya juga. Hmm, gimana kalau uang ini kita pake untuk makan bareng di kantin.Ayo! Tess!” ucap Dina semangat dan menggandengku ke kantin.

Komentar